Lingkungan adalah kawasan hidup Manusia, hewan
dan tumbuhan yang mempengaruhi perkembangan kehidupan baik langsung maupun
tidak langsung.
Pelestarian lingkungan adalah upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup
terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan.
Serta menjaga kestabilan lingkungan untuk menjadi tempat hidup Manusia, hewan
dan Tumbuhan.
Lingkungan alam adalah daya dukung alam yakni
hal-hal yang dimiliki oleh alam serta kemampuannya untuk mendukung kehidupan
manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan berakibat pula terhadap kemampuan
alam untuk mendukung kehidupan manusia. Daya dukung alam meliputi segala
kekayaan alam yang terdapat dimuka bumi termasuk juga kekayaan alam yang ada di
dalam perut bumi. Ringkasnya segala kekayaan alam yang ada diciptakan oleh
Tuhan untuk kepentingan kehidupan manusia di muka bumi ini (Wardhana, 1995).
hompson dan Barton (1994) yang menyatakan paling tidak
Ada tiga sikap yang mendasari dukungan individu terhadap
permasalahan lingkungan yaitu ekosentrik (ecocentric), antroposentrik
(anthropocentric) dan apatis (apatic).
1. Ekosentrik
Individu yang bersikap ekosentrik memandang bahwa
perlindungan terhadap lingkungan alam dilakukan untuk kepentingan lingkungan
itu sendiri, oleh karenanya mereka berpendapat bahwa lingkungan alam memang
patut mendapat perlindungan karena nilai-nilai intrinsik yang dikandungnya.
Individu yang memiliki sikap ekosentrik cenderung lebih banyak memberikan
perhatian terhadap permasalahan lingkungan dan lebih banyak terlibat dalam
kegiatan konservasi lingkungan. Sikap ekosentrik menunjukkan dukungan terhadap
permasalahan lingkungan karena merasa bahwa alam patut mendapat perlindungan
bukan karena pertimbangan-pertimbangan ekonomis, tetapi lebih kepertimbangan
spiritual (Katz dan Oescle, 1993) atau perimbangan moral (Seligman dalam
Thopson dan Barton, 1994)
2. Antroposentrik
Antroposentrik adalah kecenderungan
untuk memandang alam sebagai suatu sumber yang bisa dimanfaatkan (expendable)
untuk kepentingan manusia. Konsep ini menggunakan kesejahteraan manusia sebagai
alasan utama dari setiap tindakannya (Shrivastava, 1995). Individu dengan
kecenderungan antroposentrik berpendapat bahwa lingkungan perlu dilindungi
karena nilai yang terkandung di dalam lingkungan sangat bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Individu dengan sikap antroposentrik cenderung
memiliki perhatian yang kurang terhadap permasalahan lingkungan alam dan jarang
melakukan kegiatan konservasi atau perlindungan lingkungan alam. Perhatian
mereka terhadap lingkungan alam lebih karena kepentingan dirinya (Thompson dan
Barton, 1994). Dukungan terhadap permasalahan lingkungan hidup pada individu
dengan kecenderungan antroposentrik adalah kenyamanan atau kebahagian hidup
manusia, dimana kualitas dan kesehatan hidup manusia menurut mereka sangat
tergantung pada konservasi sumber daya alam dan pemeliharaan ekosistem yang
sehat. Misalnya: polusi udara sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia,
pengrusakan hutan dapat mengurangi sumber daya yang dapat digunakan bagi
pembuatan obat-obatan untuk menyelamatkan manusia, berkurangnya sumber bahan
bakar di dunia akan menurunkan standar kehidupan manusia, dan lain-lain. Dari
uraian di atas dapat dikatakan bahwa ekosentris dan antroposentris menunjukkan
sikap yang positip terhadap permasalahan lingkungan alam, perbedaannya adalah
pada alasan dari sikap tersebut (Thompson dan Barton, 1994). Stokols seperti
yang dikutip oleh Thompson dan Barton (1994) menyatakan bahwa ada dua bentuk hubungan
manusia dengan lingkungannya, yaitu :
a. Instrumentalis, sama halnya dengan
antroposentris melihat lingkungan fisik sebagai sesuatu yang biasa dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan. Katz dan Oescsli (1993), berpendapat bahwa
antroposentrik tidak jauh berbeda dengan faham instrumentalis yang melihat alam
sebagai sumber yang bernilai tinggi apabila bisa menyediakan kebutuhan hidup
mausia.
b. Spiritualis, sama seperti ekosentris
yang menilai lingkungan sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan spiritulisme
manusia yang secara tidak langsung alam itu sendiri akan memberikan kontribusi
bagi keperluan fisik atau materi bagi manusia. Seligman (dalam Thompson dan
Barton (1994) menyatakan bahwa perbedaan antara ekosentrik dan antroposentrik
tidak jauh berbeda dengan pandangan utilitarian dan moralis. Utilitarian
seperti halnya dengan antroposentrik beranggapan bahwa alam memiliki nilai
karena alam dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan pandangan moralis,
memandang alam dengan pertimbangan-pertimbangan moral terhadap hal-hal yang
tidak berhubungan dengan kebutuhan manusia di dunia.
3. Apatis
Apatis adalah ketidakpedulian
terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan. Orang yang memiliki sikap apatis
terhadap lingkungan alam memiliki kecenderungan tidak mengadakan konservasi
terhadap lingkungan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar